Tuesday, May 23, 2017

Sejarah Kopi Luwak, Kopi Termahal di Dunia

Cerita di balik penemuan Kopi Luwak tak lepas dari sejarah panjang kolonialisme Eropa.


Minum kopi di pagi hari sudah menjadi budaya di masyarakat Indonesia bahkan dunia. Beberapa orang rata-rata minum beberapa cangkir kopi per hari.
Tapi tahukah anda bahwa kopi termahal di dunia ada bersama feses dalam usus dari musang kelapa Asia?
Kopi Luwak adalah pengucapan Indonesia untuk apa yang disebut "kopi musang". Minuman yang dibuat dari biji buah kopi yang dimakan dan, kemudian, dikeluarkan bersama dengan feses ketika musang kelapa Asia buang air. Kopi Luwak secara harfiah berarti jenis kopi yang ada berkat kotoran hewan hutan ini.
Musang kelapa Asia atau dikenal sebagai luwak, adalah mamalia kecil, berbulu, ekor panjang, dan pemanjat pohon yang hidup di  Asia Tenggara dan Selatan. Mereka cenderung nokturnal dan memakan buah dan biji-bijian.
Salah satu makanan favoritnya adalah buah kopi. Luwak akan menjelajah untuk mencari makanan lezat ini. Ketika telah menemukan, mereka akan memilih buah yang terbaik, paling enak dan paling matang untuk dimakan.
Untungnya bagi kita manusia, luwak tidak dapat mencerna biji dan ketika mereka membuang kotoran, biji keluar hampir sepenuhnya utuh.
Dari sana, ahli pelacak luwak mengumpulkan kotoran ini, memisahkan biji dari kotoran, mencuci dan  mengeringkannya. Kemudian, tadaa! Anda memiliki biji kopi paling mahal di dunia!
Siapa yang pertama kali berpikir bahwa biji kopi yang tertutup kotoran ini bisa menghasilkan secangkir kopi yang nikmat?
Cerita di balik penemuan Kopi Luwak tak lepas dari sejarah panjang kolonialisme Eropa. Spanyol, Inggris, Portugal, dan Belanda memperluas jangkauan mereka ke Asia. Mereka paling sering "menetap" di tanah yang cukup kaya akan sumber daya alam dan lahan pertanian.
Belanda menjadi importir kopi skala besar pertama ketika mereka menemukan benih di Yaman pada abad ke-16. Pada awal abad ke-17, Belanda mulai menyelundupkan keluar dari Yaman. Mereka menanam biji kopi di pulau Sumatera dan Jawa yang merupakan daerah jajahannya.
Orang Belanda yang memiliki perkebunan di Indonesia menumbuhkan benih-benih kopi di tanah Indonesia yang kaya, sehingga mereka bisa menjualnya kembali ke negara mereka. Mereka mempekerjakan banyak warga lokal di perkebunan mereka dengan bayaran yang amat rendah.
Penasaran tentang kehebohan larangan agar tidak memetik buah kopi, juga terlalu miskin untuk membeli sendiri, petani mencari jalan lain untuk mencicipi kopi.
Mereka mulai menyadari bahwa spesies musang tertentu makan buah kopi, tetapi bijinya tak bisa dicerna dan akan tetap berada di kotoran mereka.
Pada waktu itu, beberapa petani pemberani mengumpulkan kotoran, memilah biji kopi, membersihkannya, kemudian diolah untuk dijadikan minuman. Aroma dan rasanya yang sangat khas, segera menjadi favorit bukan hanya di kalangan petani, tapi juga pemilik perkebunan.
Para ahli kopi berpendapat bahwa alasan biji kopi tersebut menghasilkan kopi yang betul-betul enak adalah karena dua alasan: pilihan luwak dan pencernaan. Luwak pandai memilih buah kopi yang terbaik untuk dimakan, yang berarti biji kopi yang mereka keluarkan umumnya dari kualitas tertinggi. Selain itu, ketika bijinya berada di saluran pencernaan luwak, mereka menyerap beberapa asam dan enzim dalam saluran pencernaan hewan tersebut. Fermentasi terjadi sehingga menciptakan rasa kopi yang khas: lembut, seperti cokelat dan tanpa rasa pahit.
Harga biji kopi ini sangat mahal. Dean & Deluca, sebuah jaringan toko kelontong sangat kelas atas, saat ini menjual Kopi Luwak yang dikumpulkan dari musang liar di Thailand dengan harga 70 dolar US untuk sekantong biji kopi seberat 50 gram. Di Funnel Mill, salah satu kedai kopi tempat nongkrong para selebritis di Santa Monica, California, hanya menyediakan menu kopi luwak jika sebelumnya Anda sudah memesan. Harganya 80 dolar, tanpa krim maupun gula.
Tentu saja, dengan barang mahal atau biaya terlalu tinggi, akan ada orang-orang yang akan selalu mencoba menemukan cara untuk memproduksinya dengan murah. Sudah banyak kasus yang terkait dengan kopi luwak. Peternakan luwak telah menjamur di seluruh Asia Tenggara saat ini. Luwak ditangkap dan ditaruh di kandang-kandang, dipaksa makan buah kopi.
Peternakan ini menyebabkan tingkat kematian yang tinggi pada luwak karena stres yang dialami luwak akibat terjebak dan kurangnya keseimbangan gizi.
Selain karena pertumbuhan peternakan ini, peningkatan populasi manusia dan penggundulan hutan membuat populasi luwak liar telah menurun dengan cepat.
Ada ketakutan bahwa uang yang terlibat dalam bisnis kopi luwak akan segera membuat luwak liar punah.
Ada perbedaan pada biji kopi yang berasal dari luwak liar dan luwak peternakan.  Karena jika luwak di dalam kandang, tentu ia tak bisa memilih biji kopi terbaik untuk dimakan. Selain itu, luwak yang stres dan sakit tidak bisa menghasilkan enzim dan mikroba sehat di perut mereka dengan level yang sama ketika mereka sehat. Akibatnya, kualitas rasa yang khas dari kopi luwak pun berkurang.
(Lutfi Fauziah/Sumber: Today I Found Out)

No comments:

Post a Comment